Jumat, 08 Januari 2010

PENDAPATAN PETANI DAN BURUH TANI

Biaya olah tanah.
Upah pengolahan lahan dengan hand traktor sd siap tanam tahun 2010 sebesar Rp 650.000,-/ha ditambah upah pembuatan pematang sebesar Rp 150.000,-/ha (dengan asumsi perbaikan pematang sepanjang 500 meter/ 5 godor) jumlah seluruhnya Rp 800.000,- /ha


Biaya cabut bibit

Upah cabut bibit (ndaut) sampai dengan mengangkat bibit dilokasi lahan tanam (mbanjari) biasa dikerjakan tenaga kerja pria dengan upah borongan Rp 650.000,-/ha


Biaya tanam
Upah tanam bebas dikerjakan tenaga kerja wanita umumnya borongan dengan biaya Rp 825.000/ha

Biaya bibit dan pembibitan
Diperlukan bibit padi 50kg/ha x Rp 60.000 = Rp 300.000/ha ditambah biaya pembuatan bibitan sebesar Rp 150.000 .

Biaya pupuk dan pemupukan
Dengan paket pupuk standart diperlukan biaya untuk penebusan pupuk/ha sbb:
Urea = 6 zak @ 50kg x Rp 65.000 = Rp 390.000,-
Super Phosphar = 2 Zak @ 50kg X Rp 80.000,- = Rp 160.000,-
ZA = 2 Zak @ 50 kg x Rp 55.000,- = Rp 110.000,-
Phonska = 2 Zak @ kg x Rp 90.000,- = Rp 180.000,-
Pupuk organic = 6 Zak @ kg x Rp 25.000 = Rp 150.000,-
Jumlah biaya penebusan pupuk = Rp 990.000,-
Upah pemupukan = Rp 150.000,-

Pengendalian hama.
Obat obatan pengendalian hama termasuk hama tikus tanam musim hujan sebesar Rp 500.000/ha ditambah biaya pompanisasi rerata Rp 175.000/ha

Jumlah biaya tanam padi per ha sebesar Rp 4.040.000,- (belum termasuk bunga dengan suku bunga BRI > 10% untuk pinjaman jangka 4 bulan)

Proyeksi produksi kotor

Apabila tidak terjadi force majeur (banjir, ledakan hama tak terkendali dll) diproyeksikan menghasilkan gabahkering sawah 7 ton kotor dan dikurangi biaya panen sebesar rerata 15% maka akan dihasilkan produksi bersih sebesar 5.95 ton gabah kering sawah.

Hasil penjualan;

Akan didapatkan pemasukan sebesar 6,95 ton gabah kering sawah dengan estimasi harga panen raya Rp 2.200.000/ton petani akan menerima pendapatan sebesar Rp 15.290.000,-

Pendapatan bersih

Petani akan mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp 15.290.000 – Rp 4.040.000 (biaya tanam) – Rp 5.000.000 (sewa lahan satu musim tanam)- Rp 400.000,- (bunga modal kerja) atau masih ada penghasilan sebesar Rp 5.850.000,- untuk waktu tunggu selama 4 bulan atau Rp 1.462.000/bulan dan dengan tidak menghitung upah kerja dirinya dan keluarganya yang biasanya terlibat dalam proses produksi.

Kamis, 24 September 2009

PABRIK GULA MINI EFISIENSI - KAH ?

Harga Pokok Produksi Gula pada Pabrik Gula Mini
Pabrik Gula Mini oleh banyak fihak selalu dikomentari sebagai unit usaha yang tidak efisien, bahkan kadang komentar tersebut keluar dari seorang yang sama sekali kurang mengenal seluk beluk pergulaan, kadang keluar dari seorang yang mengaku sebagai pengamat dan apabila ditanya lebih lanjut kenapa tidak efisien dijawab dengan sekenanya “karena kecil”, bahkan bekembang pandangan bahwa pabrik gula besar dengan kapasitas dibawah 3.000 tcd pun sudah disimpulkan tidak efisien, tanpa disertai analisa analisa kwantitatif.

Suatu saat saya memberi ilustrasi bukankah angkutan pedesaan dengan kapasitas 10 penumpang juga efisien dioperasikan dibanding dengan bus kapasitas 60 penumpang dan bahkan pada kondisional tertentu ojek dengan satu penumpang juga efisien, dimana efisiensinya dirasakan oleh kedua fihak baik oleh penyedia jasa (sopir) maupun oleh konsumen (penumpang). Berarti efisien tidaknya suatu proses tidak semata bergantung dari kapasitas hard ware yang dipakai tetapi merupakan kumpulan dari efisiensi efisiensi pada tiap tahap aktivitas ataupun proses, misalnya pabriknya efisien dikelola dengan efisien tetapi pengadaan dan penjualan tidak efisien berarti nilai total efisiensinya berkurang.

Permasalahan industri gula sebenarnya bukan masalah efisien atau tidak efisien, tetapi masalah utamanya yalah bagaimana memproduksi gula dengan harga pokok produksi yang mampu bersaing secara global, berbekal dengan semua potensi dan sumber daya yang telah dimiliki, sehingga secara teknis dan ekonomis layak dioperasikan atau memenuhi prinsip TEKNO NOMIS..

Membandingkan kondisi industri gula Indonesia dengan industri gula diluar negeri, sama dengan mengukur baju kita dengan baju orang lain, kalau toh terpaksa kita bandingkan yang ukurannya hamper sama misalnya kita bandingkan dengan indutri gula di Asia yang mempunyai kondisi hampir sama dengan industri gula Indonesia yaitu Bangladesh, Mianmar, Philipina, Pakistan, Thailand, India dan Taiwan / RRC dimana belum semua kegiatan menggunakan
mekanisasi bahkan sebagian masih dilakukan secara manual , begitu pula pola kepemilikan tanaman rakyat beberapa Negara tsb hampir sama dengan kondisi Indonesia.

Membandingkan industri gula nasional dengan industri gula luar negeri bukan untuk menyalahkan diri sendiri tetapi untuk tergerak mengikuti apa yang telah dicapai oleh mereka, memang kita agak malu kalau dibandingkan Negara baru berkembang dan baru mulai industri gulanya pada 20 – 30 tahun terakhir dan dengan kapasitas pabrik gula yang menurut pandangan pakar kita sangat kecil , misalnya Mianmar dan Papua Nugini tetapi mempunyai performance yang cukup baik.

Sementara berbekal pengalaman dan anugerah ilahi dimana secara geografis kita sangat unggul dibanding Negara lainnya terutama produsen dikawasan sub tropis, tebu kita masak 12 – 14 bulan tetapi di Negara sub tropis tebu mereka mencapai kemasakan lebih lama 1.5 tahun sampai 2 tahun, dan sejarah telah membuktikan bahwa apa yang dicapai Negara lain yang kita jadikan study banding dan kita herankan juga kita kagumi sebenarnya sudah pernah kita capai 70 tahun yang lalu dan bahkan kalau bersama kita mau mencapainya kembali bukan suatu hal yang tidak mungkin.

Akan lebih jelas apabila unsure harga pembentuk harga pokok gula dirinci secara Kwantitatif meskipun secara umum, sehingga didapatkan peluang untuk menekan komponen biaya yang mungkin dapat ditekan dan juga dapat untuk membandingkan dengan harga pokok produksi gula luar negeri, karena BAGAIMANAPUN KOMPONEN PEMBENTUK HARGA POKOK PRODUKSI RELATIF SAMA. Yang tidak sama adalah BIAYA KOMPONEN PEMBENTUK dan dengan demikian lepas dari istilah efisien atau tidak efisien kita dapat memproduksi gula dengan harga yang mampu bersaing secara fair.

Harga Pokok Produksi Gula.

Harga pokok produksi gula merupakan gabungan komponen pembentuk harga pokok, komponen pembentuk harga pokok produksi gula diluar negeri ataupun didalam negeri relatif sama, terdiri dari berbagai komponen pembentuk harga pokok sbb:

Biaya tetap:
Andil biaya investasi (termasuk bunga investasi)
Gaji tetap ( Manager, As manager, Kary bulanan, Honor Komisaris)
Biaya tetap lainnya (ATK,Komunikasi, Rumah Tangga dll)

Biaya tidak tetap/biaya langsung.
Bahan baku/tebu (biaya tanam atau pembelian tebu)
Bahan Penolong (kapur, phosphat, flokulan, reagen dll )
Upah karyawan harian.
Energy (listrik, solar)
Kemasan (inner bag, outer bag)
Maintenance.
Bunga modal kerja.

Komponen harga pokok gula belum termasuk divestasi:


Harga pokok produksi diatas atas asumsi asumsi sbb:


Rendemen rerata 8.35%
(Pengendalian kehilangan gula www.pabrikgulamini.blogspot.com)
Hari giling per tahun 195 hari.

Kesimpulan:

Memproduksi gula dengan harga pokok produksi yang bersaing berarti:
- Memproduksi tebu dengan produktivitas dan kwalitas optimal.
Ukuran yang digunakan dalam menilai optimalisasi adalah “Ton Hablur/ha” bukan semata hanya Ton tebu/ha atau Pol Tebu, pola bagi hasil yang diterapkan saat ini mendorong petani tebu mengejar produktivitas/ berat tebu (Ton berat tebu/ha) tanpa memperdulikan kwalitas tebu yang dihasilkan, hal ini terjadi karena anggapan petani bahwa pihak prosesor dinilai sangat kurang menghargai kwalitas tebu yang dihasilkan.
- Limitasi dari investasi tanpa mengorbankan performance .
Andil biaya investasi ( pengembalian hutang pokok dan bunga atau penyusutan) merupakan biaya yang dominan, makin tinggi investasi per ton kapasitas berarti makin tinggi komponen andil investasi (biaya divestasi dan atau penyusutan) terhadap harga pokok produksi, investasi pabrik gula besar (equipment only) dalam kisaran Rp 1.3 -1.5 M per 10 ton kapasitas tebu/hari.
- Efisiensi bukan semata karena besar / kecilnya kapasitas.
Efisiensi dalam suatu proses bukan semata ditentukan oleh besar atau kecilnya kapasitas , tetapi merupakan akumulasi dari efisiensi yang dicapai diseluruh kegiatan proses, efisiensi dibidang tanaman, efisiensi dibidang prosesing, efisiensi dibidang pemasaran, efisiensi dibidang pengelolaan dana, efisiensi penggunaan energy dll yang merupakan satu kesatuan yang harus dijadikan target sasaran atau dirumuskan sebagai “Managemen Efisiensi”.
Diperlukan waktu tiga tahun ( 3 tahun ) untuk mendapatkan komposisi tanaman tebu yang ideal dimana didapatkan tanaman baru (new cane) 1/3 luas areal tanaman , Keprasan 1 (ratoon 1) 1/3 luas areal tanam dan sisanya 1/3 luas areal tanaman adalan Keprasan 2 (ratoon 2), pada kondisi ini didapatkan harga pokok tanaman tebu rata rata adalah terendah.
Agronomis harus memasang target min 10 ton hablur gula /ha (pendekatan dari prestasi yang pernah dicapai dan gula dunia lainnya India misalnya dengan 15 ton hablur/ha), pola bagi hasil antara asosiasi petani tebu dengan prosesor mensyaratkan mutu tebu minimal dengan sugar recovery 8,5 %, diatas angka tersebut petani mendapat tambahan

Jumat, 18 September 2009

SYRUP SWEET SORGHUM LEBIH MENGUNTUNGKAN

Perbandingan biaya tanam.
Biaya tanam sweet sorghum untuk tanaman pertama dan ratoon 1 hanya sebesar Rp 2,2 juta sd Rp 2,75 juta, dengan umur tanaman 3.5 bulan (setelah panen padi musim rendeng) dan untuk waktu 7 bulan dapat dipanen dua kali termasuk ratoon 1 akan didapatkan hasil 80 ton batang dan 5 sd 6 ton biji sweet sorghum, sementara biaya tanaman pertama tebu sebesar Rp 15 juta (sama sama belum termasuk sewa lahan, biaya panen dan bunga modal kerja), dengan hasil produksi 120 ton batang tebu.



Penanaman sweet sorghum setelah panen padi tanpa olah tanah (TOT), sementara untuk tanaman tebu biaya pengolahan lahan hamper Rp 2 juta rupiah.


Biji sweet sorghum untuk bibit

Bibit sweet sorghum hanya perlu 10 kg perha atau sebesar Rp 300.000/ha sementara untuk bibit tebu diperlukan sebesar 30.000 mata atau sebesar 12 ton dengan harga dalam kisaran Rp 3 juta/ha.

Perbandingan karakter batang .
Performance kwalitas tanaman ditentukan dari kandungan gula dalam batang dengan pendekatan persen padatan terlarut dalam batang yang terukur dengan derajat brix dengan menggunakan refractometer, tebu kwalitas prima dengan brix batang bawah diatas 20 sedangkan dari hasil uji tanaman sorghum varitas numbu didapat brix batang bagian bawah 17. Kandungan fibre sweet sorghum sedikit lebih tinggi dati kandungan fibre tebu varitas unggulan,


Pengujian brix batang sweet sorghum


Gilingan gula rakyat dipakai hampir pada semua pengrajin gula tebu tradisional.


Ektraksi batang sweet sorghum sebesar 60 sd 65% dengan menggunakan peralatan sederhana ( dua kali giling dengan three roll mill atau satu kali giling dengan five roll mill). tanpa tambahan air imbibisi (dry crushing).


Produk akhir kenapa harus ethanol ?.
Pilihan produk dari batang sweet sorghum adalah syrup (open pan maupun dengan close pan) atau ethanol, agar didapat gambaran yang lengkap berikut alir proses dan neraca masa dari batang sweet sorghum menjadi syrup atau ethanol.



Terlihat bahwa produk syrup lebih memberikan nilai tambah dibanding dengan ethanol, proses yang lebih singkat berarti investasi dan exploitasi lebih murah akan menghasilkan output dengan nilai ekonomis yang lebih tinggi, dengan pasar yang lebih punya peluang dan bebas dari berbagai peraturan tata niaga.





Penggilingan batang diikuti dengan oenguapan sampai mencapai kekentalan tertentu sambil dilakukan pembuangan kotoran akan didapatkan syrup open pan yang berwarna kecoklatan




Model penguapan syrup hampa (closed evaporator), pendidihan dengan temperature rendah dan terkendali untuk mendapatkan warna syrup dengan warna cerah (straw yellow).

Warna syrup dengan penguapan hampa lebih terang

Estimate investasi.
Investasi untuk produk syrup open pan kapasitas giling 700 kg batang sweet sorghum perjam dalam kisaran Rp 50 sd 150 juta sedangkan untuk syrup close pan dalam kisaran Rp 500 juta sd Rp 2.5 M , sementara untuk berlanjut ke produk ethanol diperlukan investasi diatas Rp 700 juta untuk kapasitas 200 ltr ethanol perhari.

movie clips tentang sweet sorghum youtube.com/ss170952 dan scribd.com/ss170952

Sabtu, 12 September 2009

BIJI SWEET SORGHUM DAN JAGUNG


Biji sweet sorghum sebagai bahan pakan ternak.

Banyak yang sudah menanam sweet sorghum dan pada saat menjelang panen baru bertanya untuk apa bijinya ? , dijual kemana ? , dan berapa harganya?- tentu pertanyaan yang sangat tidak masuk akal, kalau belum tahu harga pasar dan serapan pasar kok ya berani beraninya menanam.

Berfikir logis dan sederhana disekitar kita banyak usaha peternakan unggas maupun ternak ruminansia yang memerlukan jagung sebagai bagian dari pakan, mungkinkah biji sweet sorghum sebagai subtitusi.

Dengan membandingkan kandungan nutrisi biji sweet sorghum dengan jagung dapat disimpulkan bahwa biji sweet sorghum dapat digunakan sebagai subtitusi jagung pada campuran pakan ternak, baik pakan unggas, pakan ruminansia maupun pakan ikan air tawar , dengan protein content rerata 10% lebih tinggi dan dengan kadar serat kasar yang sedikit lebih rendah, maka harga biji sweet sorghum dapat ditawarkan dengan harga 10% diatas harga biji jagung atau digunakan sendiri.




Biji sorghum sangat baik sebagai campuran pakan unggas.


Juga sebagai pakan penguat ternak ruminansia

Senin, 04 Mei 2009

BLOK DAN CLUSTER PERTANIAN TERPADU


BLOK UTAMA PERTANIAN TERPADU
F4 – sebagai hasil pertanian terpadu.
Konsep terapan pertanian terpadu akan menghasilkan F4 yang sebenarnya adalah langkah pengamanan terhadap ketahanan dan ketersediaan pangan dan energy secara regional maupn nasional, terutapa pada kawasan kawasan remote area dari jajaran kepulauan Indonesia.
F1 - FOOD Pangan manusia (beras, gandum, jagung, kedelai, kacang kacangan , dan lain lain produk peternakan (daging, susu, telor dll) , produk budiaya ikan air tawar (lele, mujair, nila, gurameh dll) dan hasil perkebunan (kopi, teh, gula dll)
F2 – FEED Pakan ternak termasuk didalamnya ternak ruminansia (sapi, kambing, kerbau, kelinci ), ternak unggas (ayam, itik, entok, angsa, burung dara dll) juga pakan ikan budidaya air tawar terutama ikan herbivore dan omnivora yang tidak perlu protein content tinggi ( mujair, tombro, bandeng, nila dan gurameh).
F3- FUEL Akan dihasilkan energy dalam berbagai bentuk mulai energy panas untuk kebutuhan domestic/ masak memasak, energy panas untuk industry makanan dikawasan pedesaan juga untuk industry kecil, juga akan dihasilkan power energy misalnya pure plant oi (PPO) atau dicampur menjadi bio diesel, ethanol dan gasohol, synthetic gas yang dihasilkan dari pirolisis gasifikasi maupun enzimasi gasifikasi dan juga pemakaian tenaga langsung lembu untuk penarik pedati, kerbau untuk mengolah lahan pertanian sebenarnya adalah produk berbentuk FUEL/ENERGY.
F4-FERTILIZER Akan dihasilkan juga bio fertilizer yang semua juga memahami bahwa bio/ organic fertilizer bukan hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah (SOIL CONDITIONER), yang dari sisi keekonomisan maupun karakter hasil produknya tidak kalah dengan pupuk buatan (anorganik fertilizer) bahkan pada kondisi tertentu akan dihasilkan bio pestisida (dari asap cair yang dihasilkan pada proses pirolisis gasifikasi) yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak berbahaya (bio preservative)
Dari F4 diatas tersimpulkan betapa besar kasih sayang Maha Pencipta terhadap makhluknya cholifah dibumi – tidak satupun ciptaannya yang sia sia.

Beberapa kluster dari blok diagram diatas berdasar pengalaman yang telah /pernahkami lakukan dan sedang kami terapkan, informasi singkatnya di:

http//slideshare.net/ss170952
http//scribd.com/ss170952
http//authorstream.com/user-presentations/ss170952
http//youtube.com/ss170952
http//energybiomasa.blogspot.com
http//pabrikgulamini.blogspot.com
http//integratedfarming.blogspot.com
http// Picasaweb.google.com/myslametdok.

CLUSTER TANAMAN PANGAN

Dari budidaya tanaman padi akan dihasilkan produk utama beras dan produk sampingan bekatul, sekam padi, jerami dan kawul, semua produk sampinga apabila diproses lanjut masih mempunyai kegunaan dan nilai ekonomis yang layak kelola.
Jerami dan malai kosong (kawul) dapat disimpan sebagai hay (bahan pakan kering) untuk ternak ruminansia atau dibuat silage (makanan hijau terfermentasi), sedangkan bekatul sudah tidak asing lagi sebagai bahan pencampur pakan ternak (ruminansia, unggas dan ikan omnivore/ herbivora), sementara sekam padi dapat dikonversi menjadi energy (pembakaran langsung maupun gasifikasi) dan masih akan menghasilkan abu maupun arang sekam yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organic, sementara apabila energy sekam padi digunakan untuk gas diesel engine akan didapatkan lagi hasil sampingan berupa apap cair yang dapat digunakan untuk pengewet makanan atau campuran pestisida organic.


Dari tanaman kedelai banyak produk yang dapat dihasilkan dengan produk utama biji kedelai sebagai bahan makanan dan turunannya (susu kedelai, tahu, tempe, kecap, minyak kedelai dll) akn menghasilkan pula produk sampingan yang mempunyai nilai ekonomis dan layak kelola, misalnya ampas tahu , ampas kecap , ampas susu kedelai dapat digunakan sebagai tambahan pakan ternak, sementara batang batang kering nya juga dapat disimpan utnuk pakan ternak ruminansia, sementara dilahan tanaman juga akan meninggalkan bintil bintil rizobium sebagai starter hara nitrogen untuk tanaman berikutnya.

CLUSTER PAKAN TERNAK dan CLUSTER PETERNAKAN DAN PERIKANAN

Berdasar proximate analisis dari masing masing bahan sangatlah mudah disusun formula pakan yang sesuai kebutuhan, murah dan memenuhi standart pakan ternak.
Dengan pakan alternative tersebut , apabila susunan formulasinya baik maka akan didapatkan kwalitas pakan yang tidak berbeda dengan pakan buatan pabrik, dalam pengamatan dengan pakan alternative untuk ayam pedaging (broiler) juga akan didapat konversi pakan terhadap daging ayam timbang hidup dalam kisaran 1,8 sd 1.9.

Selain rumput hijauan atau hay tambahan pakan penguat diperlukan untuk kestabilan laju pertumbuhan berat.

Khusus untuk jenis ikan pemakan segala (omnivore) by produk pertanian dapat digunakan sebagai bahan pembuat pakan ikan.






CLUSTER PUPUK ORGANIK

PRINSIP PERTANIAN TERPADU





Prinsip pertanian terpadu adalah pemanfaatan byproduk sebagai bahan baku produk cluster lainnya, misalnya dari budidaya padi selain produk beras katul sebagai bahan pakan ternak digabungkan dengan by produk perikanan air tawar atau samudera, sekam untuk energy dan arangnya untuk bio fertilizer, sementara jerami dan malai (kawul) untuk cluster budidaya ternak ruminansia dll, begitu pula dengan komodity lainnya sehingga tidak dikenal by produk yang dinamakan limbah bahasa kerennya pertanian terpadu akan merubah aktivitas cost center menjadi profit center.

Sabtu, 23 Februari 2008

PABRIK KITA KECIL DAN TUA ?

Pabrik gula dengan kapasitas kurang dari 5.000 ton tebu per hari tidak efisien ….. amiin (semua mengamini), pabrik di Indonesia sudah tua (meskipun ada 12 pabrik yang dibangun thn 80-90) ……….. amiin. Lagi lagi semua mengamini mulai dari pelaku industri gula, yang mengaku pengamat gula, yang mengaku ekonom, yang mengaku teknokrat ,yang berprofesi politic dll . Nah akhirnya dua hal diatas yaitu pabrik kapasitas kecil dan sudah tua dijadikan pembenar atas merosotnya industri gula nasional, dijadikan kambing yang sangat hitam atas ketidak mampuan kita, sekaligus sebagai penghibur bahwa kita tidak bodo bodo sekali, dan yang paling penting jadi argumentasi untuk segera melakukan sesuatu yang sangat hebat , rencana revitalisasi industri gula atau lebih tepat revolosi industri gula.
Dengan segala keterbatasan saya telah coba kunjungi beberapa negara tetangga yang sama sama serumpun dan sama sama menghasilkan gula seperti dibawah ini.

Seminggu di Vietnam.
Ternyata mereka pada thn 2000 punya target produksi tebu 12.7 juta ton dan diprediksi menghasilkan gula 1.2 juta ton (Dikenal dengan One Million Tonne Sugar Program year 2000) . Kebanyakan tebuya tumbuh didaerah kering dikawasan delta Mekong bagian selatan tanpa irigasi, dan di delta sungai Merah di kawasan utara.
Produktivitas tebunya dibawah kita masih dibawaah 60 ton rata rata per ha tetapi kandungan gulanya diatas 10%, sebagian petaninya seperti petani di Indonesia dengan kepemilikan lahan 0,3 – 1 ha, dan hanya beberapa yang termasuk petani besar dengan lahan 10 – 15 ha (Doi Moi/ land reform program). Jarak kebun tebu ke pabrik antara 30 sd 100 km.
Dari hanya 12 pabrik gula di tahun 1995 mulai dibangun 32 pabrik baru dan perluasan tananam tebu daari 150.000 ha menjadi 350.000 ha, biaya untuk pembangunan pabrik US$ 750 juta ( Rp 6,75 T) dan untuk infra structure lainnya termasuk tanaman US$ 250 juta (Rp 2,25T). Selain 44 pabrik besar juga dikenal HANDICRAFT SUGAR (pengrajin tradisional) yang menyerap banyak tenaga dan memerlukan areal tanaman tebu 100.000 ha.
Action plan yang di tempuh guna mencapai program sejuta ton gula adalah sbb:
1.Memperbesar kapasias 12 pabrik gula yan ada menjadi rata rata berkapasitas 1.250 tcd (menurut kita sih keciil)
2.Mempeluas tanaman dan membangun pabrik baru kapasitas 4.000 dan 8.000 tcd juga membuka peluang joint venture dengan asing dan bahkan ada pabrik gula yang 100 % dimiliki asing.
3.Membangun 34 pabrik kecil 500 sd 3000 tcd di dekat kebun kebun tebu untuk mengurangi biaya transport dan penyerapan tenaga kerja ( 100 tenaga kerja per pabrik).
Dan akhirnya pada tahun 2006 Vietnam menjual gula ke Indonesia.
The Bien Hoa Sugar Company has just shipped over 2,100 tonnes of sugar to Indonesia. It is predicted that the company will export an additional 10,000-15,000 tonnes of sugar to other Asian countries this year.*

A company representative said that after a long period of no sugar shipments to other countries due to limited supply, the company was now resuming exports to some Middle East countries.
(Source: ICARD)
Masih banyak yang harus dikaji dari Vietnam , kebijakan pemerintahnya , pengenaan tariff bea masuk gula , upah buruh dll , tetapi saya harus mengunjungi Negara lain.

Seminggu di Burma (Myanmar).

No Sugar Mill Commissioned Capacity Buatan year tcd Negara
1. No.(1)Sugar Mill (Dahutkone) 1999 1500 RRC
2. No.(2) Sugar Mill (Pyinmana) 1984 1500 JAPAN
3. No.(3) Sugar Mill (Pyinmana) 1957 1500 JAPAN
4. No.(4) Sugar Mill (Taung Zin Aye 1999 1500 RRC
5. No.(5) Sugar Mill (Myo Hla) 1999 2000 RRC
6. No.(6) Sugar Mill (Yedashe) 1991 1500 JAPAN
7. No.(7) Sugar Mill (Oattwin) 1999 2000 RRC
8. No.(8) Sugar Mill (Zayyawaddy) 1986 1500 CHECO
9. No.(9) Sugar Mill (Yoneseik) 1999 2000 THAILAND
10. No.(10) Sugar Mill (Duyingabo) 1999 2000 RRC
11. No.(11) Sugar Mill (In-nga-gwa) 1999 2000 RRC
12. No.(12) Sugar Mill (Nawaday) 1998 2000 RRC
13. No.(13) Sugar Mill (Okkan) 1999 2000 RRC
14. No.(14) Sugar Mill (Bilin) 1964 1966 1500 RRC
15. No.(15) Sugar Mill (Shwe-Nyaung) 1982 1983 300 HOLLAND
16. No.(16) Sugar Mill (Kyauk-Taw) 1981 1985 300 HOLLAND
17. No.(17) Sugar Mill (Nammati) 1953 1956 1000 HOLLAND

No.(15) Sugar Mill (Shwe Nyaung) was handed over to one of the ethnic groups in 1995.
No.(17) Sugar Mill (Nammati) was handed over to one national entrepreneur in 1999.
Dilaporkan 8 unit pabrik buatan China 1999 banyak mengalami problem mekanik sehingga tidak dapat dioperasikan secara optimal.

Nah ternyata meskipun pabriknya kecil kecil dan produksi tebunya dibawah Indonesia tetapi rendemennya diatas 8,3%.

Seminggu di Philipina.

MILL DISTRICT / Planter-Miller Sharing CAPACITY (TCD)

LUZON
1. Universal Robina Corp. - CARSUMCO.60/40 II 4,000
2. Basecom, Inc.65/35 III 4,000
3.Sweet Crystals Integrated Sugar Mill Corp. 65/35 III 2,400
4. Central Azucarera de Tarlac 67.5/31.5 1 - CATPA III 7,000
5. Batangas Sugar Central, Inc. 65/35 IV 5,500
6. Central Azucarera de Don Pedro Inc. 65/35 IV 10,000
7. Peñafrancia Sugar Mill V 4,000
NEGROS
1. Central Azucarera de Bais, Inc. 66.5/33.5 VII 8,000
2. Binalbagan-Isabela Sugar Co., VI 12,000
3. Dacongcogon Producers' Coop. Mktg., Inc.65/35 VI 2,200
4. First Farmers Holding Corp. 70/30 VI 4,800
5. Hawaiian-Phil. Co. 68/32 VI 7,500
6 Herminio Teves & Co., Inc. 66.5/33.5 VII 3,000
7. Central Azucarera de la Carlota, Inc. 65/35 VI 12,000
9. Universal Robina Corp. - URSUMCO 66.5/33.5 VII 8,000
10. Sagay Cental Inc. 70/30 VI 4,000
11. Universal Robina Corp. - SONEDCO 70/30 VI 5,000
12. Victorias Milling Company 69.5/30.5 VI 15,000
CENTRAL & EAST. VISAYAS
1. Bogo-Medellin Milling Co., Inc VII 2,800
2. R.D. Durano III and Co., Inc. 65/35 VII 2,000
3. Hideco Sugar Milling Co., Inc. 64/35 1 -SEPSIW VIII 7,000
P A N A Y
1. Capiz Sugar Central, Inc. 63/37 VI 3,500
2.Passi (Iloilo) Sugar Central, Inc. I 65/35 VI 4,500
3.Passi (Iloilo) Sugar Central, Inc.II 65/35 VI 3,500
MI N D A N A O
1. Busco Sugar Milling Co., Inc. 64/36 X 18,000
2. Crystal Sugar Co., Inc. 64/36 X 8,000
3. Davao Sugar Central Co., Inc. 60/40 XII 4,000
Not In OperatIon:
1. Aidsisa International Corp. VI 4,000
2. Danao Development Corp. VI 3,000
3. Ormoc Sugar Co., Inc VIII 2,000
4. Monomer Sugar Central, Inc. VI 2,500
5. Ragaza Family Corp. VI 3,500
6. Western Agri-Ventures Corp. III 1,200

Dan dari 41 pabrik 10 bh dibangun sebelum thn 1910 , 14 bh dibangun sebelum thn 1940 17 pabrik setelah thn 1960,

Sehari di Bangladesh.
Tidak banyak didapat data tentang gula di Bangladesh industri textile dan jute lebih banyak dijumpai di Bangladesh.

Seminggu di Pakistan.
ISLAMABAD, Apr 5 (APP): Pakistan has 77 sugar mills with production capacity of 7.1 million tonnes per annum, Ministry of Food and Agriculture and Livestock (MINFAL) sources told APP here Thursday. They said that sugarcane is the main crop cultivated on about one million hectares in the Punjab, Sindh and NWFP.

SUGARCANE CRUSHING, SUGAR PRODUCTION & RECOVERY % 1990-91 TO 2002-2003

YEAR NO. OF CANE CRUSHED SUGAR MADE RECOVERY
MILLS TONNES TONNES %

1990-91 51 22,603,696 1 ,908,838 8.44
1991-92 53 24,795,815 2,296,698 9.25
1 992-93 61 27,274,806 2,375,289 8.71
1993-94 63 34,181,899 2,900,523 8.49
1994-95 66 34,193,290 2,983,101 8.72
1995-96 66 28,151,434 2,449,598 8.70
1996-97 68 27,152,918 2,378,751 8.76
1997-98 71 41,062,268 3,548,953 8.64
1998-99 71 42,994,911 3,530,931 8.21
1999-00 69 28,982,71 1 2,414,746 8.33
2000-01 65 29,408,879 2,466,788 8.39
2001-02 69 36,708,638 3,197,745 8.71
2002-03 71 41 ,786,689 3,652,745 8.74

Pabriknya juga pada kapasitas 2500 tcd sampai dengan 5000 tcd.

Seminggu di India.
India produsen gula terbesar didunia dengan 553 pabrik gulanya, rata rata kapasitasnya 3.200 tcd

Sugar Industry in PunjabSugar Factories
Rana Sugars Ltd.
Buttar Savian, Baba Bakala, Amritsar (Punjab) From 2500 to 5000 TCD

The Budhewal Co-op. Sugar Mills Ltd.
Budhewal, Ludhiana (Punjab) From 1250 to 2500 TCD

The Doaba Co-op. Sugar Mills Ltd.
Banga Road, Nawanshahr, Jalandhar, Punjab From 2500 to 5000 TCD

The Nakodar Co-op. Sugar Mills Ltd
Mehatpur Rd, Nakodar, Jalandhar, Punjab From 1250 to 2500 TCD

The Patiala Co-op. Sugar Mill Ltd
Patiala Nabha Road, Patiala, Punjab From 1250 to 2500 TCD

The Punjab Agro Industries Corpn. Ltd
Around Lopoke, Dist. Amritsar Date 9-10-90, P.S. Capacity 2500

The Punjab State Fedn. of Coop.Sugar Mills Ltd
At Teh.Dasuya, Dist. Hoshiarpur, Punjab Date 26-10-90, Coop. Capacity 2500


Sugar Industry in BiharSugar Factories

Mill Date Capacity

Amarpur Kisan Sahakari Chini Mills Ltd 7.11.96, Crushing Capacity- 2500 TCD
Bihar Coop. Sugar Factories Fedn. Ltd 7.11.96, Crushing Capacity- 2500 TCD
Bihar Coop. Sugar Factories Fedn. Ltd 7.11.96, Crushing Capacity- 2500 TCD
Brij Kishore Singh, C K S.S.K. Ltd 30.12.97, Crushing Capacity- 2500 TCD
Kalyani Wood Products Pvt. Ltd 22.11.96, Crushing Capacity- 2500 TCD
Mrs. Ranu Saraf 17.4.97, Crushing Capacity- 2500 TCD.
New India Sugar Mills Ltd 17.4.97, Crushing Capacity- 2500 TCD.
Sahara India Savings & Inv Co Ltd 26.11.96, Crushing Capacity- 2500 TCD.
Shri Gridhar Kumar Saraf 7.11.96 Crushing Capacity- 2500 TCD
Supaul Sugar Mills 17.4.97, Crushing Capacity- 2500 TCD


Begitu pula pabrik pabriknya di propinsi propinsi yang lain, tetapi rendemennya rata rata >9%.

Kesimpulan:
1.Laporan laporan dengan biaya institusi asing selalu menggunakan industri gula Australia atau Thailand sebagai acuan, sehingg tersimpulkan bahwa pabrik gula dengan kapasitas dibawah 5.000 tcd tidak efisien, dan kita karena yang ngomong orang bule kita terima saja.
2.Dari Negara Negara yang saya kunjungi kapasitas pabrik gulanya rata rata dibawah 4000 tcd, bahkan produsen gula terbesar didunia India kapasitas rata ratanya 3200 tcd, dan masih mengoperasikan pabrik pabrik dengan umur seabad seperti Indonesia.
3.Rendemen gula dari negaranegara yang saya kunjungi semuanya diatas 8,5% sd 11%.
4.Indonesia dengan 32 propinsi dan 440 kabupaten tentu setiap tahun dari wakil rakyat atau pejabat tingkat 1 atau tingkat II melakukan study banding keluar negeri, kami himbau melakukan study banding kenegara yang telah saya kunjungi karena saya belum sempat melihat aspek sosial aspek kemiskinan dll.

Semoga Indonesia tetap jaya.

Kamis, 21 Februari 2008

PABRIK GULA MINI ALTERNATIF SOLUSI

Sejarah telah mencatat bahwa dari 12 pabrik gula besar yang dibangun di era tahun 80 an performancenya jauh dari harapan, begitu pula kegagalan tiga pabrik gula mini yang di bangun di Silih Nara ( Aceh), Sari Bulan (Padang) dan Singkawang (Sambas) harusnya mengajarkan bahwa untuk membangun industri gula perlu penanganan yang terpadu.
Membangun pabrik gula besar (andaikan dana sudah tersedia) dimulai dari pembuatan study kelayakan (professional) sampai dengan penyusunan dokumen (tecknical sprecifikasi, amdal dll), proses tender pabrik, pembebasan lahan, pembibitan tebu dan penanaman tebu, penyediaan sumber daya manusia dll, memerlukan waktu tidak kurang dari 3 tahun.
Nah apabila dimulai tahun 2008 kalau ditambah dengan tiga tahun sudah menjadi tahun 2011/2012 itu apabila dimulai tahun 2008, jadi rasanya gagasan swasembada ibarat jauh panggang dari api.

Pabrik Gula Mini Alternatif Solusi
Barangkali dengan pembangunan Pabrik Gula Mini tersebar dikawasan Nusantara dengan kapasitas 50 tcd sd 100 tcd merupakan alternative solusi, dengan kelebihan sbb :
       Kebutuhan investasi yang tidak besar,
       Kebutuhan luasan lahan tanaman yang tidak membuat gejolak social,
       Kebutuhan tenaga kerja yang dapat dipenuhi daerah setempat dengan program pelatihan,
       Dapat segera dibangun disemua daerah dengan infra structure seadanya,
       Pemasaran untuk daerah setempat ,
       Memicu pertumbuhan ekonomi setempat,
      Terjadi transfer teknologi,
       Dll beberapa advantagenya.

Dimana Layak dibangun (aspek geografis).
Dari 32 propinsi di Indonesia terdapat 10 propinsi dengan yang mempunyai pabrik gula, dan hanya 2 propinsi yang produksinya surplus untuk wilayahnya yaitu Jawa Timur dan Lampung, jadi masih 30 propinsi yang belum mampu swa sembada gula.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimate Bogor telah melakukan kajian wilayah pengembangan tanaman tebu di enam propinsi Kalteng, Sulteng, Sultra, NTB, NTT, Papua dan cukup tersedia lahan yang sesuai untuk tanaman tebu dan dapat dipastikan dengan letak geografis disekitar khatulistiwa hamper semua propinsi mempunyai lahan yang sesuai untuk tanaman tebu, apalagi untuk areal areal kecil.

Aspek social.
Indonesia dengan 440 kabupaten (yang mungkin masih akan mekar)  saat ini masih ada 199 kabupaten tertinggal, dari 70.611 desa di Indonesia 32.379 desa yang masuk dalam category daerah tertinggal dan 62% diantaranya di Indonesia Timur.
Saking banyaknya daerah tertinggal di dunia barangkali di Indonesia sampai ada Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Pembangunan pabrik gula mini dengan pendekatan prioritas pada daerah tertinggal.
Tentu tiga daerah yang pernah diberi paket pabrik gula mini tetapi gagal dioperasikan yang berarti minimal didaerah tersebut sudah ada tanaman tebu, perlu mendapat prioritas pertama, sekaligus sebagai pengobat hati yang kecewa.

Populasi Penduduk.
Kemudian dibangun didaerah yang propinsi dengan populasi penduduk lebih dari 6juta, disusul dengan propinsi dengan populasi penduduk diatas 4 juta, dan propinsi dengan populasi penduduk dibawah 4 juta.

Dana diperlukan dan target.
Apabila untuk pgm 100 tcd dgn modal keja tanaman diperlukan dana Rp 15 M maka untuk membangun 100 unit pgm (setara dengan pabrik kapasitas 10.000 tcd) diperlukan Rp 1,5 triliun.
Terserap tenaga kerja dipabrik 5000 tenaga kerja dan dikebun 20.000 tenaga kerja
Perlu waktu dua tahun dan akan memberikan sumbangan produksi 160.000 ton,
Artinya dengan biaya Rp 7,5 triliun (lebih rendah dari pg revitalisasi sebesar Rp 9,5 triliun) sudah dapat dibangun 500 unit pgm kapasitas 100 tcd dan akan memberikan sumbangan produksi gula sebesar 800.000 ton pertahun.
Memang besar dana yang diperlukan tetapi tidak melampaui bunga dana BLBI yang belum terbayar, belum sebesar subsidi subsidi lainnya, segera melangkah sangat diperlukan agar masalah kekurangan gula bukan jadi komoditas politis pada pemilu 2009 yang hanya akan membuat rakyat kecil kecewa.

Sumber dana.
Dengan otonomi Daerah , dari 440 kabupaten kota sebenarnya mampu dan pasti mampu menyisihkan kurang dari Rp 20 M untuk membangun pabrik gula mini didaerahnya, duduk bersama executive dan legislative bersama gapoktan dengan hati yang tulus tanpa punya pamrih pasti mampu merealisirnya dan muaranya apabila dilakukan dengan sasaran yang jelas pasti akan memberikan kontribusi poositip, apakah dikelola BUMD , Koperasi atau Kelompok Petani dll tentu dapat dipilih mana yang paling sesuai sesuai dengan kondisi daerah masing masing.


Hanya himbauan.
Team Kerja Peningkatan Produksi Gula 1 juta ton yang sudah dibentuk diberikan tugas tambahan mengkaji kemungkinan pembangunan pabrik gula mini sebagai alternative solusi, toh team kerja dengan berbagai profesi dan disiplin ilmu sudah terbentuk, kalau memang tidak layak dikembangkan pasti sudah melalui kajian ilmiah begitu pula kalau layak dikembangkan pasti juga sudah melalui kajian ilmiah.

Kamis, 14 Februari 2008

SWA SEMBADA TANPA PABRIK GULA BARU

"Swasembada tanpa harus membangun pabrik gula baru (Bungaran saragih)"
Pabrik gula besar existing dengan revitalisasi managemen ( human revitasisasi), seharusnya mampu meningkatkan produksi 20%, program bongkar ratoon dengan mengganti varitas yang lebih baik (varitas dengan kandungan gula tinggi dan sabut rendah) sudah berjalan lebih 3 tahun dan dilaporkan berhasil, sementara pabrik dari tahun ketahun selalu mengeluarkan biaya untuk rehabilitasi dan maintenance, nah tentunya kalau tanaman sudah memenuhi sarat (millable cane) dan pabrik sudah siap operasi, tentu akan didapat rendemen gula dan total gula per ha yang cukup memadai (setidaknya rendemen 8% dan menghasilkan minimal 8 ton gula/ha, ini masih 60% dari performance 1934), faktanya produksi national 2007 stagnan dan justru sangat mungkin dibawah produksi 2006.

Tinjauan dari analisis alir produksi dari tebu menjadi gula.
Jangan salahkan bahan baku karena sudah dilaporkan keberhasilan bongkar ratoon.
Jangan salahkan mesin yang tua, karena 12 pabrik gula baru (dibangun JSPU sesudah tahun 1980) performancenya juga dibawah pabrik gula tinggalan colonial,

Melacak kehilangan gula.
Dimana kehilangan gula dalam proses industri gula.

1.Kehilangan dipabrik
Terdapat kehilangan gula terikut ampas, kehilangan gula terikut blotong , kehilangan gula ditetes akhir dan beberapa kehilangan yang tidak diketahui (undetermined losses).
Dalam laporan managemen kehilangan kehilangan selalu dilaporkan misalnya POL blotong berapa, pol blotong berapa dll dan biasanya semuanya ok ok saja, tetapi kalau dilihat performance PTP II Sumut dimana dihasilkan gula 50% dan tetes 50% pastilah dapat disimpulkan kehilangan gula ditetes relative tinggi (sak hohah), undetermined losses sebagian besar karena activitas jasad renik, akibat sanitasi yang jelek nah silahkan masuk pabrik gula dan silahkan diamati kebersihan bagian bawah gilingan dan station tengah dll , harus disadari bahwa gula sebagai food produk yang langsung dikonsumsi adalah industri yang menuntut kebersihan.

2.Kehilangan diluar pabrik.
Terutama karena kesalahan managemen antara lain yang sangat penting mendapatkan perbaikan adalah : tebangan dengan menyisakan batang bawah, tebangan dengan mengikutkan pucuk tebu untuk menambah berat tebu, tebangan dengan kotoran terikut (daun kering, daun basah dll) lebih dari 3%, tebangan tebu masih sangat muda , tebangan tebu yang kelewat tua dan yang paling penting adalah pengendalian keterlambatan pengiriman tebu, sejujurnya semua pelaku gula tahu tanpa pengendalian ini akan terjadi kehilangan gula lebih dari 2%.
Kalau kita tanya pada satu pabrik gula, besok yang digiling tebu macam apa (varitas, kemasakan dll) pasti dijawab tidak tahu, yang tahu hanya berapa taksiran berat tebu yang akan digiling sesuai kupon SPTA (surat perintah tebang angkut) yang dibagikan tiap sore hari, hal ini karena TUPOKSI yang samar, tanggung jawab hanya menyediakan berat tebu sesuai kapasitas giling belum mencakup kwalitas tebu, memang di pos masuk ada pemerikasan kwalitas tebu pertanyaannya apa efektif, jawabannya pasti tidak kalau efektif tentu rendemen tidak jeblog, satu saat tebu saya ditolak karena alasan kwalitas tidak masuk (meskipun saya selalu panen pada kemasakan normal dengan brix tebu >18), kemudian saya jual kepedagang tebu dan diterima selanjutnya pedagang tersebut juga akan dikirimkan ke pabrik gula?.

Usulan penyelesaian masalah.
Kalau ngomong dan bernada menyalahkan tanpa alternative usulan penyelesaian termasuk golongan omong klobot, termasuk kelompok yang mencari popularitas tanpa tahu akar permasalahan, termasuk kelompok yang memanfaatkan situasi , insa Allah saya diluar kelompok tersebut saya hanya ingin menunjukkan inilah Indonesia.

1.Perjelas job discriposion dari jajaran managemen lengkap dengan reward system.
Bahwa tiap bagian atau bidang melayani bagian/ bidang lain dengan penuh tanggung jawab, bukan sekedar tolak sumpah dan acuh tak acuh, effektipkan kembali gugus kendali mutu yang sesungguhnya bukan hanya bagian dari seremonial saja,

2.Mapping tanaman.
Meskipun petani tebu tidak ada ikatan dengan pabrik tidak ada salahnya sebagai mitra dilakukan pendekatan pendekatan sehingga secara keseluruhan akan didapatkan mapping tanaman yang sesungguhnya, mapping dari satu satu pabrik di gabung dengan pabrik lain sehingga didapatkan data base tanaman yang akurat, bukankah hamper tersedia waktu lebih dari 6 bulan diluar musim giling?.

3.Dudukkan petani sebagai mitra kerja.
Usahakan petani tebu menjadi mitra yang sejajar, bukan jadi mitra karena keterpaksaan dan karena tidak ada pilihan lain, pahamilah keinginan mereka, beri pengertian kalau tebangan dipaksa masih muda atau terlalu tua akan merugikan kedua belah fihak, umumkan tiap tahun peringkat petani yang baik dengan pemberian cendera mata dan perlu juga list petani yang pelu dibina dan diedarkan ke semua pabrik gula agar tidak terjadi petani kutu loncat.


4.Kalau anda gorek.
Tahun 2007 sering kali pabrik gorek (berhenti diluar perencaan) sementara petani sudah menunaikan kewajibannya dengan mengirimkan tebunya sesuai tanggal SPTA, sopir harus menunggu kadang lebih dari sehari semalam, sebenarnya dalam kasus ini pabrik gula sudah melakukan wan prestasi, hanya karena keluguan petani mereka tidak menuntut kerugian akibat turunnya timbangan, akibat turunnya rendemen dll, tetapi minimal apa tidak mungkin sopir yang menunggu mendapatkan jatah minum aqua atau nasi bungkus selama menunggu, dan pengeluaran untuk hal hal semacam ini tidak akan menimbulkan kergugian dari pabrik gula.

5.Jangan ikut jadi pemain.
Kalau ada oknum PG yang ikut bermain sebagai petani tebu maupun pengepul tebu tidak masalah sepanjang permainannya cantik dan membinan dan memberi contoh kepada petani lainnya, kalau permainannya negative tidak usah ikut jadi pemain.


6.Perjelas posisi tengkulak tebu.
Wadah petani tebu sudah jelas ada APTRI, KPTRI dan paguyuban Petani Tebu tetapi bagaimana posisi Tengkulak tebu apa ada Asosiasi Pedagang dan Tengkulak Tebu (sama APTRI), beberapa petani tebu terpaksa karena menjual tebunya ke tengkulak karena tidak mudah untuk minta jadwal tebang langsung ke PG .

7.Jangka pendek.
Kalau mungkin buat satu PG kecil (kapasitas dibawah 3.000 tcd) untuk jadi pilot proyek revitalisasi manegemen dengan stressing ke mapping tanaman dan managemen tebang angkut.

8.Segera melangkah.
Bulan febroari sudah hamper habis, bulan giling kurang tiga bulan lagi mari bersama bergerak , jangan tunggu dana revitalisasi orang Jawa bilang “Ojo ngenteni ndog blorok” atinya jangan tunggu ayam bertelor ayam bertelor kalau dikasih makan, apa ayamnya sudah dikasih makan.

Selamat berjuang untuk petani kecil.





Kamis, 07 Februari 2008

KARYAWAN PABRIK GULA MINI




Salah satu tujuan pembangunan Pabrik Gula Mini adalah penyerapan tenaga setempat, dan karena bereda dikawasan pedesaan tentu tidak mudah kalau diinginkan tenaga kerja dengan pendidikan formal yang sangat ideal, misalnya berlatar pendidikan kimia, pertanian, elektro, mekanik dll apalagi sampai merekrut CHEMICER atau jaman dulu disebut FABRICAT/ DOKTER GULA.
Penekanan pada saat recruitment juastru lebih menitik beratkan kepada mental calon karyawan, tiga syarat selain sehat jasmani rohani adalah “Bekerja Keras” - “Jujur” – “Amanah”, Pendidikan formal SD, Madrasah Ibtidakiyah, SMP atau SLTA,
Sesungguhnya memang memerlukan waktu dan biaya untuk pelatihan dari mulai memperkenalkan proses produksi, pengenalan fungsi dan perawatan peralatan mekanikal elektrical dll, sehingga mereka mengenal istilah istilah industri gula mulai dari sacarose, glucosa, fructosa, Ph, brix, polarisasi, syrup, massecuite molasse dll.
4 minggu sampai 6 minggu diperlukan masa training theori dan praktek langsung pengoperasian pabrik gula dari tebu sampai menjadi gula putih.